Big Fish, Small Fish, and The Pond

MR. Sahputra
6 min readOct 28, 2024

Beberapa minggu terakhir saya mulai Gym dengan personal trainer (PT). Sebenarnya nge-Gym udah dari lama, cuma biasanya di club house dekat rumah bersama istri. Mostly treadmill aja, cuma kadang angkat2 beban juga.

Namun karena pekerjaan mengharuskan saya berangkat pagi setelah subuh dan pulangnya sore dan itu hampir full setiap hari dalam seminggu, akhirnya waktu untuk nge-Gym di dekat rumah jadi lebih susah. Sehingga saya coba untuk ambil waktu pagi jam 6–7 an didekat kantor.

Singkat cerita, oleh salesnya diarahkan ke salah seorang PT. Sales tersebut sempat bilang, “itu mas Torrick mantan atlet body builder jadi pengetahuannya banyak dan bagus”. Jadi klo baru trial ada PT yang akan di assign sebagai ‘tester’ lah. Standar dunia bisnis saya pikir, menaikan profile nya agar saya pakai PT tersebut.

Saat sesi pertama, ternyata memang orangnya bagus. Ya mungkin cocok-cocokan juga sih, tapi menurut saya memang dia komunikasinya baik dan cerdas. Bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan baik. Akhirnya ketika subscribe, saya memilih beliau sebagai PT saya. Saya sempat melihat daftar PT, nama dia seingat saya tidak ada. Di list tersebut ada tingkatanya, mulai dari paling murah sampai paling mahal. Sejenak saya berpikir, “apa mas Torrick masih baru ya?”. Tapi saya pikir ngapain juga mahal-mahal, belum tentu konsisten. Anggap aja uji coba sambil belajar tata cara Gym yang baik untuk kesehatan badan.

Masuklah pada sesi pertama. Saya sempat kewalahan karena ternyata selama ini ketika nge-Gym banyak salah. Ketika diberitahu cara yang benar, badan saya langsung kelelahan dan sakit-sakit. Namun enak, karena sakitnya bikin enak ketika istirahat atau tidur.

Pada sesi ketiga, stamina mulai lebih stabil, sehingga banyak ngobrol dengan beliau. Dia bercerita bahwa asalnya dari Palembang, dan memang benar dia mantan atlet body builder Palembang. Dia mulai nge-Gym dari SMP, tertantang untuk ikutan kompetisi, memenangkan kompetisi demi kompetisi, hingga akhirnya ambil kuliah pendidikan jasmani dan olahraga (PJOK) karena dia berpikir bahwa banyak trainer Gym yang hanya fokus pada pembentukan otot namun tidak disertai dengan pengetahuan yang cukup. Saya langsung berpikir, “oh, pantesan dia kok knowledgeable banget, ternyata emang belajar ilmu pengetahuannya”.

Dia kemudian membangun komunitas Gym di Palembang, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke Jakarta masuk ke Fitness First (FF). Saya baru tau, ternyata dalam dunia personal trainer ada jenjang karir layaknya profesi lain. Dan menurut informasi dari mas torrick, FF merupakan salah satu perusahaan terbaik di Indonesia (asalnya dari UK) dimana lulusannya berharga dan di rekrut oleh perusahaan Gym lain dengan harga tinggi.

Ketika mas Torrick pindah ke Jakarta dan masuk FF, dia harus menjalani akademi dari awal lagi meskipun dia sudah sangat berpengalaman. Hal tersebut diwajibkan oleh FF agar setiap PT memiliki standarisasi yang sama. Dalam dunia IT mungkin ibaratnya harus menjalani pendidikan sertifikasi lagi ya agar comply dengan standard tertentu. Saya kemudian bertanya, “mas, klo begitu pendapatan mas Torrick berkurang donk dibandingkan di Palembang, kan harus menjalani akademi dari awal lagi di FF?”. Dia kemudian menjawab, “iya, benar pak. Ketika saya join FF, manager saya menyampaikan hal tersebut, katanya saya harus mulai dari awal lagi meskipun sudah populer dan berpengalaman sebelumnya. Jadi turun pendapatan”.

Dalam hati saya, “Hm, interesting”.

Selama ini saya sering ibaratnya punya intuisi untuk melihat “aura” seseorang, dan yang paling membuat menarik adalah ketika bertemu dengan orang-orang yang memiliki karakteristik kuat dan tidak takut mengejar cita-citanya sehingga seringkali mengambil langkah-langkah nekat yang dihindari oleh orang pada umumnya. Dalam dunia psikologi jaman sekarang dikenal sebagai “Traits”.

Kebanyakan orang takut untuk keluar dari zona nyaman. Apabila sudah settle di satu tempat, sudah memiliki pendapatan yang stabile, maka tidak mau lagi berpikir untuk pindah ke tempat lain meskipun mungkin yang bersangkutan merasa bosan melakukan pekerjaan tersebut setiap hari. Dalihnya biasanya adalah keluarga. Well, thats fine, cuma memang ada individu-individu yang senantiasa senang mencari challenge-challenge baru dalam hidupnya sehingga dia tidak perduli hasilnya, yang dinikmati adalah proses tumbuh dan berkembangnya.

Dari cerita mas Torrick saya melihat dia memiliki karakteristik tersebut, dia bilang, apabila dia hanya tinggal di Palembang maka dia tidak bisa berkembang. Dia ingin belajar dari tempat yang lebih baik, ilmu baru, agar nanti dia bawa kembali ke Palembang dan dia ajarkan disana.

Ketika berhadapan dengan orang-orang dengan kategori seperti ini, saya selalu terpancing untuk menanyakan satu hal. Dan percaya atau tidak, mereka-mereka yang sudah mature akan memberikan jawaban yang sama. Apabila belum mature, misal: masih usia 20-an atau 30-an biasanya masih bingung karena merasa dirinya berbeda dengan orang-orang lain pada umumnya. Merasa “bersalah” karena selalu jump atau lompat dari satu tempat ke tempat lain mencari tantangan berbeda ketika tempat lama sudah dikuasai. Perasaan bersalah tersebut juga biasanya karena individunya harus meninggalkan orang-orang yang mengandalkan dia.

Ketika sesi akan berakhir dan kita menuju meja front desk untuk verifikasi — di FF, PT harus mendapatkan verifikasi dari peserta yang dilatihnya untuk menyatakan bahwa sesi tersebut telah berakhir jadi PT gak bisa bohong di sistem-nya.

Ketika menuju front desk, saya bertanya,

“Mas, klo dari cerita hidup mas Torrick, ibaratnya, mas Torrick adalah seekor ikan didalam kolam. Pertanyaannya, mas Torrick pilih mana, menjadi ikan kecil dikolam besar, atau ikan besar dikolam kecil?”

Ketika mendengar pertanyaan tersebut dia tertawa, karena teman-teman dia di Palembang menanyakan hal yang sama. Dan dia bilang, dia akan memberikan jawaban.

Perhatikan, jawaban inilah yang saya bilang tadi membedakan antara tipe manusia yang senantiasa haus akan tantangan dalam hidupnya dan menikmati tantangan tersebut dalam kondisi mature, dengan yang belum mature.

Dia bilang begini,

“Ketika saya menjadi ikan besar di kolam kecil, maka saya akan mencari kolam lain yang lebih besar dimana saya kemudian hanya menjadi ikan kecil di kolam besar tersebut. Namun saya akan menapaki tantangan demi tantangan dalam kolam besar tersebut hingga suatu hari nanti saya akan menjadi ikan besar dalam kolam yang awalnya lebih besar buat saya.”

Gantian, saya yang tertawa. Jawaban tersebut bukan pertama kalinya saya dengar. Salah satunya pernah saya dengar dari seorang rekan kerja yang pernah berhasil menjual perusahaannya di Amerika dan kemudian datang jauh-jauh ke Indonesia pada usia diatas 50-an untuk mencari tantangan baru.

“Very good answer”, timpal saya.

Kemudian saya segera mandi untuk kembali kekantor dan melanjutkan pekerjaan.

Bagi sebagian besar orang, traits atau karakteristik demikian sulit diterima oleh akal sehat. Sudah memiliki pendapatan besar, lingkungan nyaman, diandalkan, posisi tinggi, namun kok masih haus tantangan ditempat lain. Seakan-akan tidak bersyukur pada rejeki yang diberikan oleh Tuhan dan lebih memilih turun gaji ditempat lain hanya karena sudah bosan ditempat sebelumnya untuk mencari tantangan lain yang lebih membuat hidupnya terasa lebih hidup.

Well, such people exist. Pada awal-awalnya mereka cukup sering menderita, disatu sisi panggilan hati kuat sekali menarik dirinya untuk mencari tantangan lain setiap hari, untuk pindah ke kolam lain, namun disisi lain, lingkungan sekitar sama sekali tidak mendukung dan berpikir bahwa ada yang salah dengan dirinya.

Namun ketika individu tersebut mengikuti kata hatinya, dan biasanya karakter seperti itu diikuti dengan etos kerja tinggi karena dia menjalani tantangan bukan sekedar hanya menjalani, namun dia menjalani dengan penuh semangat, ibaratnya klo berhubungan dengan pekerjaan, dia merasa waktu yang dilewati seperti bukan sedang bekerja, namun dia menikmati ibaratnya seperti sedang melakukan hobi saja. Justru ketika tantangan sudah berakhir dan dia menjadi ikan besar pada kolam kecil maka hidup terasa menyedihkan. Ketika panggilan kata hati diikuti maka dia akan melihat bahwa jalan yang dipilih bukan jalan yang salah, jalan tersebut hanya berbeda dengan jalan yang dipilih oleh kebanyakan orang. Dan ternyata hidupnya baik-baik saja, bahkan berkembang dengan pesat sebagaimana yang dia inginkan.

Traits / karakteristik seperti ini kurang lebih seperti Quotes Steve Jobs berikut ini,

Saya tidak menyangka ternyata traits tersebut bukan hanya untuk lingkungan pekerjaan formal, namun karir di dunia seperti Personal Trainer pun ada manusia-manusia yang mengaplikasikan prinsip tersebut.

Apabila ada dilingkungan anda orang-orang seperti itu sebaiknya jangan ditahan, biarkan dia berkembang menjalani kata hatinya. Justru sebaiknya menjaga hubungan baik karena selain bisa belajar hal-hal baru dari mereka yang biasanya didapatkan dari pengalaman hidupnya menjalani berbagai macam tantangan sehingga memiliki cerita-cerita menarik, bisa jadi suatu saat ketika dia berada pada suatu kolam lain dan berkembang serta berhasil menjadi ikan besar disana, anda bisa ikutan masuk ke kolam besar tersebut bersamanya.

Apabila anda masuk dalam karakter yang senantiasa haus akan tantangan seperti cerita diatas, saran saya, jangan dilawan. Rejeki manusia sudah ditetapkan jauh hari sebelum alam semesta ini diciptakan jadi jangan takut kekurangan. Ada yang bilang, suara hati adalah suara Tuhan, follow your hearts, nikmati tantangan yang baru, anda bukan orang aneh, nikmati hidup mu. Namun lakukan dengan sangat baik ketika hendak pindah kekolam lain agar kolam yang ditinggalkan tidak mengalami kesulitan. Jangan ditinggalkan begitu saja, oke? :)

--

--

No responses yet